Terastangerang.com -Direktur Karang Tumaritis Institute, Abraham Garuda Laksono memberikan pemahaman Pancasila kepada umat Khatolik di acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI yang digelar di ruang serba guna Santa Bernadet, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten, Minggu, (21/5/23).

Dalam sosialisasi itu, Abraham menjelaskan, geografis Indonesia yang merupakan negera keempat dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu 270 juta penduduk. Ditambah, menurut sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2010, terdapat 1340 suku dan 652 bahasa daerah. Selain itu, Indonesia memiliki beragam budaya dan kepulauan terbesar di dunia.

Yang menakjubkan, lanjut sosok muda jebolan James Cook University Singapura itu, Indonesia bisa menjaga persatuan dan kesatuan selama 77 tahun.

“Bapak – ibu, kakak-kakak sekalian, hal itu sangatlah sulit, bahkan mustahil. Dalam sejarah dunia modern, ada dua contoh bangsa besar yang hancur terpecah-belah karena perbedaan, seperti Yugoslavia,” kata Abraham, generasi muda yang merintis usaha di bidang IT dan Energi, pada Minggu, (21/5/23).

Padahal, kata Abraham, Yugoslavia tidak sebesar Indonesia. Lantas, kenapa Indonesia yang memiliki luas sekitar 2 juta kilometer persegi tetap utuh sementara Yugoslavia yang hanya 200 ribu kilometer persegi terpecah-pecah.

Hal itu terjadi, tambah Abraham, lantaran jejak peninggalan pemimpinnya terdahulu. Abraham mengatakan bahwa Bung Karno meninggalkan bangsanya sebuah ideologi yaitu Pancasila sedangkan pemimpin Yugoslavia, Josip Broz Tito hanya meninggalkan kekuatan militer.

“Aku tidak khawatir, karena telah kuwariskan Pancasila sebagai jalan hidup bangsa Indonesia,” kata Abraham, mengutip perkataan Bung Karno.

“Jadi itulah, pemersatu negara kita bukan lem istimewa, bukan hipnotis, bukan militer, tetapi sebuah ideologi yang kuat bernama Pancasila,” tegasnya.

Sehubungan dengan itu, Abraham menjelaskan bahwa Pancasila adalah filosfiche groundslag, weltanshaung (ideologi). Adapun ideologi merupakan seperangkat keyakinan dan atau ketidakyakinan yang berorientasi kepada tingkah laku (action oriented).

Selanjutnya, Abraham menerangkan terdapat 3 aspek penting dalam ideologi, diantaranya interpretasi, etika, dan retorika.

“Intrepretasi berbicara mengenai eksistensi individual atau kelompok yang menganut ideologi tersebut. Etika berbicara mengenai mana yang baik dan yang buruk. Ketika intrepretasi dan etika disatukan maka akan menjadi suatu yang namanya komitmen, belum ideologi karena memang belum dilakukan,” katanya

“Retorika berbicara mengenai mengajak semua orang untuk bertindak. Bertindak akan komitmen tadi. Jadi, berbicara tentang action atau tindakan. Ketika ada aspek tersebut bisa dikatakan menjadi ideologi,” tambahnya.

Di sisi lain, Abraham mengingatkan kepada para umat Khatolik bahwa pendiri atau penggali Pancasila memiliki kedekatan dengan tokoh Khatolik. Hal itu terbukti saat Bung Karno dalam masa pengasingan di Ende pada 1934.

“Jadi, bukan hanya Islam, Bung Karno juga mempunyai kedekatan dengan tokoh-tokoh agama lain, termasuk Khatolik dan Kristen,” terangnya.

“Salah satu sahabat Bung Karno dalam pengasingan adalah seorang Pastor Khatolik Gerardus Huijtink SVD, yang dimana biara St.Yosef memperbolehkan Bung Karno untuk membaca buku di perpustakaan misionaris,” jelasnya.

Dalam pernyataan Abraham itu, terdengar gemuruh tepuk tangan para umat Khatolik yang mendengar penjelasan Pancasila dengan khidmat.

Sementara itu, Anggota MPR RI, Ananta Wahana menambahkan, penjelasan terkait peran umat Khatolik dalam membangun bangsa.

Dalam hal itu, Ananta menceritakan peran tokoh-tokoh Khatolik dalam membangun bangsa seperti W. R. Supratman, Romo Y. B. Mengunwijaya, dan lainnya.

Selanjutnya, Ananta mengutip Mgr Albertus Soegijapranata sebagai pesan bagi umat Khatolik: Jika kita merasa sebagai orang Kristen yang baik, kita semestinya juga menjadi seorang patriot yang baik.

Karenanya, kita merasa bahwa kita 100% patriotik sebab kita juga merasa 100 % Khatolik. Malahan, menurut perintah ke empat dari sepuluh perintah Allah, sebagaimana tertulis dalam Katekismus, kita harus mengasihi Gereja Khatolik dan dengan demikian juga mengasihi negara dengan segenap hati.

“Luar biasa kalimat ini. Dengan ini Mgr Albertus Soegijapranata ingin mengatakan bahwa kita tidak bisa memisah-misahkan cinta kasih dan mengasihi Gereja harus sama dengan mengasihi negara,” kata Ananta, politisi PDI Perjuangan, yang identik mengenakan Blangkon bermotif batik Suku Baduy.

“Artinya, Gereja mendorong kaum Kristiani untuk terlibat secara aktif dalam kehidupan sosial, keluarga, kebudayaan, kerja ekonomi, dan politik sesuai kemampuan,” tambahnya.

Ananta juga berpesan agar umat Khatolik dapat menghindari tantangan-tantangan yang dihadapi di Indonesia.

“Saya titip pesan agar umat Khatolik menghindari pemahaman agama yang sempit, SARA, pudarnya toleransi, dan kurangnya keteladanan.” ucapnya.

Dalam acara tersebut terlihat para peserta sangat antusias mengikuti Sosialisasi 4 Pilar MPR RI tersebut. Selain itu, terjadi tanya jawab interaktif terkait permasalahan para umat Khatolik.

Di akhir kegiatan sosialisasi, Ananta memberikan bantuan pangan berupa paket sembako kepada para umat Khatolik. (rls/T1)